Lebih Asik Gadget (ku) daripada Ortu (ku)??? Benarkah?!

Era Digital adalah Era dimana arus informasi dan teknologi tanpa batas. Di Era Digital ini kita sebagai orang tua yang seharusnya merupakan guru pertamabagi anak, yang idealnya adalah sumber informasi yang baik yang mampu mendidik anak-anak, semakin hari semakin tersingkirkan. Peran orang tua kini mulai memiliki kompetitor yang jauh lebih disukai anak-anak.

  • Orang tua tak lagi menjadi tokoh inspirator bagi anak. Mereka terkalahkan oleh popularitas tokoh-tokoh tontonannya di televisi.
  •  Anak-anak tak lagi bermain di tanah lapang atau di rumah bersama orangtuanya. Mereka lebih asik bermain dengan games kesukaannya dan orang tua disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing
  •  Jika di Era 80-an ada sebuah lagu yang berbunyi, “Ada anak bertanya pada bapaknya…..” maka hari ini anak-anak lebih suka bertanya kepada sebuah benda bernama “smartphone
  • Dan jika seharusnya orangtua dan keluarga merupakan sahabat dan lingkungan ternyaman bagi anak, kini justru mereka lebih nyaman berada di dunia “social network / social media”.

untitled

Gadget memang memiliki peran penting dalan perubahan dan perkembangan dunia saat ini. Hampir disegala sektor tak lepas dari keterbutuhannya akan teknologi. Tapi pertanyaannya adalah, Apakah gadget menjadi barang yang berperan penting bagi perkembangan anak-anak? Apakah kita sebagai orang tua dan keluarga rela jika peran penting kita dalam mendidik dan membentuk karakter anak tergantikan oleh “gadget”?

So beware parents!

Salah satu yang perlu diwaspadai dari gadget adalah suguhan koneksi internet yang semakin mudah. Jaringan internet mampu menghubungkan siapapun ke dunia tanpa batas. Dan sangat tidak bijak jika penggunaan gadget pada anak tidak dibarengi pengawasan orang tua.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan gadget berlebihan :

Bad Planner, Tidak sadar dengan ruang sosial, ingin serba instan, just to be followers dan kehilangan jati diri, sulit berkonsentrasi, kesehatan terganggu, dan ketergantungan.

Maka orang tua yang menyadari anak-anaknya mulai melek teknologi harus turut pula mengikuti arus perkembangan teknologi yang ada. Seringkali kita sebagai orang tua menyuruh anak kita untuk belajar, tapi kita lupa bahwa sebagai orang tua kitalah yang seharusnya perlu banyak belajar.

Prinsip pendampingan yang harus dijalankan adalah Mengajak bukan mengejek, Menyeru bukan meyuruh, Merangkul bukan memukul, Memuji bukan mencaci, Mengarahkan bukan melarang, Mendampingi bukan membiarkan.

Jadikan gadget sebagai alat informasi yang membantu orang tua untuk melakukan perannya dalam mendidik anak. Bukan menjadikan gadget sebagai pengganti peran orangr tua dalam mendidik anak.

Hentikan segala akses penggunaan gadget jika prestasi anak merosot dan anak menjadi jauh dari lingkungan keluarga dan sosial.

Mari menyiapkan anak menjadi seseorang yang unggul 20 tahun mendatang diawali dari lingkungan keluarga.

Ingat sejarah anak kita belum selesai!.

Travelling Part 4 – Pantai Purwahamba Indah

“Aku, Pantai dan Kehidupan”

Akhir -akhir ini jadi mengingat kembali percakapan dengan teman sekampus dulu,

“Jadi mahasiswa banyak waktu tapi duit gak ada, nanti kalo udah Kerja Banyak Duit tapi Waktunya yang gak ada.”

Nah itu yang sekarang sedang saya alami, rasanya kaki ini ingin berlari ke stasiun kereta dan pergi berlibur ke tempat-tempat wisata.  Tapi kaki ini lagi-lagi terbentur pada tembok pekerjaan yang tak bisa ditembus hanya dengan alasan “kapan saya bisa refreshing…..Arrrgggghhhhh.”

Dan pada akhirnya, kebetulan yang menggembirakan. Ada undangan pernikahan teman sekolah yang rumahnya ada di depan sebuah tempat wisata pantai di pantura. Jadilah, perjalanan wisata kali ini adalah dengan mencuri waktu yang hanya sebentar, sepulang dari kondangan.

Hanya sebuah pantai biasa tapi bagiku ini luarbiasa, karena hanya untuk sekedar ke pantai, bermain dengan air dan mendengar suara ombak saja harus menyelipkan agenda di sela 7 hari yang selrasa selalu saja kurang. Ah, manusia…

Tapi, segalanya terurai di pantai ini. Selalu begitu. Ada perasaaan lega ketika kaki ini menjejak pasir dan gelombang laut yang menyapu pantai.

Biarkan segala kerumitan hidup tersapu ombak terbuang ke laut lepas. Dan sisa pasir dan air laut ini selalu membawa kabahagiaan tersendiri.

 

Have a nice trip…

Place : Purwahamba Indah Beach, Suradadi – Kab. Tegal

Time : 21 April 2013, 02.00 pm

With my best friend : Easty Kartika

 

21042013(015)

21042013(006)

21042013(022)

21042013(024)

21042013(030)

21042013(031)

21042013(014)

Sebuah Refleksi

 Aku hanya ingin tetap hidup, aku tetap ada, di beranda ini, di halaman ini. Menemani kalian. 

 

cermin1

 

Untuk kesekian kalinya membaca halaman dunia maya seorang kawan yang telah berpulang. Ada sebuah perasaan yang menggetarkan, melihat profilnya kembali, membaca ulang lagi catatan kehidupannya. Seperti sedang berhadapan dengannya lagi dalam versi yang lain. Sejenak saya berfikir, suatu saat pun aku akan sepertimu… Berpindah ke kehidupan yang lain. Tak ada lagi aku dalam bentuk wujud yang nyata, yang tersisa tinggal lembar demi lembar gambar, foto dan catatan catatan kecil.

Dunia nyata dan dunia maya adalah dua dunia yang berbeda. Di dunia nyata ada aturan Tuhan yang tak mungkin bisa kau bantah. Segalanya sudah tertulis dalam catatan takdir. Kau tinggal meyakini, menjalani dan berusaha mengakhiri dengan baik. Sedangkan di dunia maya, tak ada aturan yang baku… Kehidupan disini hanya akan hidup selama ada aliran listrik, jaringan internet dan kecanggihan teknologi (ketiga hal ini hilang, matilah sudah ^_^).

Dengan kemudahan yang ada banyak orang kemudian membuat halaman pribadi mereka disini, bisa berupa web, blog dan jejaring sosial. Siapapun bisa hidup disini, satu orang bahkan bisa mempunyai lebih dari satu nyawa. Kau pun bisa hidup selamanya disini.

Dunia maya jelas berbeda dan tak akan pernah sama dengan dunia nyata. Kedua dunia ini hanya bisa saling berhubungan, melalui sebuah jendela layar datar.

Pada akhirnya kedua dunia ini akan musnah jika memang sudah waktunya. Waktu dimana peradaban ini akan berganti dengan sebuah kehidupan yang abadi. Kehidupan yang selamanya. Kehidupan yang bisa kita masuki lewat sebuah pintu bernama Kematian.

Entahlah nantinya aku akan dikenang seperti apa. Membaca koment di berada jejeraing sosial milik kawan yang telah tiada membuat hati ini kelu. Bagaimana dengan berandaku nanti, bagaimana dengan halaman yang telah kubuat disini. Akankah ada yang merasa kehilangan, akankah ada yang terus menyapa, akankah ada yang selalu membaca, akankah ada yang sudi mengenang.

Yang jelas aku tak pernah bisa tahu, aku sudah pergi. Tak bisa lagi membaca satu per satu pesan kalian, tak bisa lagi membalas sapaan kalian, tak bisa lagi menulis catatan untuk dibaca semua orang.

Aku tak pernah tau siapa yang menyapaku, karena mungkin aku tak sempat berpamitan. Aku tak sempat meminta maaf. Aku tak sempat memberi kalian senyuman terakhir meski hanya lewat sebuah foto yang diunggah.

Aku hanya ingin tetap menulis disini. Sebagai sesuatu yang bisa aku tinggalkan. Entah untuk siapa. Aku hanya ingin, apapun yang aku tulis menjadi sebuah kebaikan yang bisa dibagikan. Aku hanya ingin tetap hidup, aku tetap ada, di beranda ini, di halaman ini. Menemani kalian.

Aku hanya ingin selalu ada bersama kalian meski dalam wujud yang berbeda. Meski interaksi yang terjalin tak lagi sama. Aku hanya ingin kehidupan selalu tahu bahwa aku pernah ada, dan akan selalu ada. Entah sebagai apa. Seperti yang akan kalian kenang nantinya.

Semoga apapun yang akan tertulis nantinya bisa menjadi kebaikan untuk semua. Aku, Kalian dan Kehidupan.

Semogapun kita akan bersama lagi, bertemu dalam istana syurga yang terbaik.

 

 

#Sebuah Refleksi

19 April 2013

 

 

Rectoverso – Dee Lestari

“Terkadang segelas coklat mahal ada di depan matamu, tapi kamu tak pernah tahu. Kamu terus menanti. Segelas air putih.”

1956274

Sahabat, usai tawa ini izinkan aku bercerita.

Telah jauh kumendaki,

Sesak udara diatas puncak khayalan,

Jangan sampai kau disana…

Telah jauh kuterjatuh,

Pedihnya luka di dasar jurang kecewa

Dan kini sampailah aku disini…

Yang cuma ingin diam, duduk ditempatku

Menanti seorang yang biasa saja

Segelas air ditangannya, kala aku terbaring sakit…

Yang sudi dekat, mendekap tanganku

Mencari teduhnya dalam mataku,

dan berbisik…

“Pandang aku, kau tak sendiri”

Telah lama kumenanti,

Satu malam sunyi untuk kuakhiri

Dan usai tangis ini,

Aku berjanji…

Untuk diam duduk ditempatku,

Menanti seorang yang biasa saja,

Segelas air ditangannya, kala aku terbaring sakit…

Menentang malam tanpa bimbang lagi,

Demi satu dewi yang lelah bermimpi,

dan berbisik…

“Selamat tidur, tak perlu lagi bermimpi bersamaku”

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi.

Dee Lestari – Rectoverso Book

Pengingatan Sebuah rasa Sakit

“Bukankah manusia diberi ujian tak akan lebih dari kemampuan hambaNYA?”

My Parents

 

Setiap jatuh sakit, hati saya memberontak dengan sendirinya. Kenapa harus sakit? Aku tak boleh sakit. Siapa yang akan merawatku? Siapa yang akan menyelesaikan semua pekerjaanku? Siapa yang akan tetap tersenyum untuk adikku? Tak boleh ada yang direpotkan. Tak boleh membuat adik menjadi bingung harus berbuat apa…

“Bukankah manusia diberi ujian tak akan lebih dari kemampuan hambaNYA?”
Rasa sakit ini akan segera hilang, demam ini akan segera mereda. Semua bisa dikendalikan hanya hitungan jam. Anggap saja kau sedang jatuh terpeleset tapi bisa segera bangkit lagi dan berjalan seperti biasanya.

Tak boleh ada yang sakit, tak boleh ada yang dirawat. Tidak aku, dan tidak juga adikku. Kami akan selalu baik-baik saja. Bukankah Allah selalu menjaga kami.  Menjaga dari segala macam sakit dan marabahaya? Setiap Allah menurunkan rasa sakit pasti ada obatnya, setiap Allah menurunkan panas pasti ada yang bisa meredakannya.

Lihatlah dilangit sekarang, senyum mereka merekah lebar…

Selalu menyemangatimu dari jauh. Ingat langkahmu baru setengah jengkah, sejengkal pun belum ada. Katanya kau akan menyesul mereka di syurga? Tak boleh menyerah karena sedikit sakit yang kau rasa…

Teriring doa dari langit untukmu

“Semua orang disekelilingmu selalu menanti senyum dan semangatmu. Bukan airmata dan kegelisahannmu.

Anakku, Kau terpelih bukan untuk menjadi lemah…

Kau terpilih bukan untuk menjadi cengeng dan manja…

Kau terpilih karena Allah sangat menyayangimu, Sangat….

Kau menjadi kesayangan Allah karena sebuah keyakinan, bahwa kau akan selalu bisa melewati apapun jalan yang Allah pilihkan untukmu…

Anakku, kami disini selalu berdoa untuk kebaikanmu…

selalu menyemangati dengan senyum kami di langit…

Bangun dan segeralah membaik, kau selalu bisa menyelesaikan apa yang mestinya kau selesaikan…”

Ibu dan Ayahmu

 

Sebuah Ruang : “Privasi”

“Tak ada yang benar-benar bisa hidup sendiri. Karena Alam terlampau luas. Kebahagiaan hanya untuk mereka yang mengerti arti Kebersamaan, Itulah Kita”

39b9e198823211e1ab011231381052c0_6

Usia 25 tahun ternyata tidak selamanya menyelamatkan kita dari masalah, mungkin dulu beranggapan ketika sudah menjadi dewasa nanti kita akan lebih bisa menyelesaikan masalah. Ternyata semakin besar angka usianya, semakin rumit saja jenis masalah yang harus dihadapi.

Saat masih berseragam putih abu-abu mungkin masalah kita hanya berputar pada setumpuk tugas, praktikum dan ulangan harian. Sekarang dengan seragam orang dewasa harus berhadapan dengan setumpuk deadline, presentasi dan target pendapatan.

Belum lagi masalah “relationship”. Dulu ketika remaja, yang kita tahu hanya berteman dengan siapapun yang kita jumpai, bermain bersama, jatuh cinta, ketikapun harus ada perselisihan paling hanya masalah anak remaja yang pada umumnya terjadi. Sekarang masalah “relationship” ini menjadi satu masalah yang tidak sederhana. Dalam mencari teman dan sahabat saja seperti memilih buah durian, sering kita tertipu oleh  baunya yang harum dan fisiknya yang bagus, tapi isinya cacat dan busuk.

Sekarangpun tak sebebas dulu bercerita tentang masalah kita ke orang lain. Waktu remaja sesi “curhat” menjadi momentum yang paling menguras emosi dan perasaan, menyenangkan rasanya bisa berbagi cerita dengan orang lain. Tapi kini, sepertinya lebih nyaman menyimpan semua masalah kita sendiri. Tak perlu banyak orang yang tau, bahkan mereka tak perlu tahu.

Dunia orang dewasa memang tak mudah dipahami seperti dunia remaja. Kehidupan seperti sebuah gradasi warna, semakin tinggi semakin tegas dan gelap warnanya.

Diam dan tak perlu terlalu banyak ikut campur dengan masalah orang lain menjadi jalan aman yang banyak dipilih sebagian orang dewasa. Karena mereka sendiripun tak terlalu suka ketika ada orang yang terlalu “kepo” ikut campur dalam urusan dirinya, tak terlalu suka dengan orang yang hanya bisa berkomentar tanpa memberi solusi yang konkrit. “wants to know” dengan kehidupan yang bukan areanya.

Berbeda dengan waktu remaja, semakin banyak yang berkomentar tentang kita, merasa semakin banyak yang memperhatikan kita. Dunia Remaja adalah waktu dimana kita “show up”. Dan ketika seiring bertambahnya usia, kita semakin risih dengan hal itu, terlalu banyak yang berkomentar, terlalu banyak yang memperhatikan, dan terlalu di perhatikan itu bisa jadi sangat “mengganggu”. Dunia Orang Dewasa adalah waktu dimana kita sering berada dalam sebuah “privasi”.

“Cukup Tahu Saja” sebuah kata kunci yang sering saya ucapkan. Ketika saya berhadapan dengan kehidupan orang lain. Ketika ada teman yang bercerita dan meminta saranpun, bagaimana kita tetap membantunya tanpa harus terlalu banyak masuk mencampuri kehidupannya. Begitupun demikian, ketika orang lain berhadapan dengan kehidupan pribadi saya. Mereka Cukup tahu Saja, tanpa perlu masuk terlalu jauh. Mereka cukup tahu saja bahwa saya baik baik saja dengan kehidupan saya. Tanpa mereka harus tahu detail masalah yang saya hadapi.

Di usia 25 tahun, disaat saya dituntut untuk bisa lebih bermanfaat bagi orang banyak. Di usia ini juga, bahwa “Privasi” menjadi sangat penting. Kebermanfaatan diri kita mungkin bisa jadi milik banyak orang, tapi bukan kehidupan pribadi kita. Ibarat sebuah rumah. Siapapun boleh masuk, tapi sebatas area ruang tamu saja. Tidak lebih dari itu.

Belajar menjaga privasi, belajar menjaga kata-kata yang akan diucapkan, belajar menjaga tingkah laku, belajar menjaga emosi, belajar menjaga perasaan, belajar menjaga aib, belajar menjaga sebuah hubungan dengan orang lain.

Bukan menjadi manusia yang tertutup dan menarik diri dari kehidupan. Tapi menjadi manusia yang lebih bisa mengendalikan diri. Bagaimanapun kehidupan kita bersinggungan dengan kehidupan banyak orang. Jangan sampai singgungan itu akan menjadi sebuah gesekan yang mampu menghancurkan kehidupan kita.

Sebuah Quote yang menarik dari seorang sahabat,

“Tak ada yang benar-benar bisa hidup sendiri. Karena Alam terlampau luas. Kebahagiaan hanya untuk mereka yang mengerti arti Kebersamaan, Itulah Kita”

Aku dan Usia 25

Analisa Nasabah dan Jodoh

Pernikahan adalah sebuah masa depan.

Jangan diabaikan, jangan disia-siakan, tapi juga jangan sembarangan.

178984_523693954325670_1196196139_n

Sejak awal saya membuat tulisan di blog ini, baru pertama kali ini saya menulis tentang tema yang berkaitan dengan spesifikasi bidang ilmu saya, akuntansi/keuangan. Dan tema yang akan saya bahas pun akan saya tarik ke sebuah tema yang jauh dari keuangan. Sepertinya saya memang salah jurusan ^_^

Ide tulisan ini saya dapat dari materi training on job saya di sebuah lembaga keuangan syariah. Dari sebuah materi tentang analisis pembiayaan kemudian sampai pada bagaimana kita menganilis calon nasabah yang baik dan kredible. Well, dalam materi tersebut diuraikan tentang ciri-ciri atau kriteria mencari nasabah yang baik,
1. Walk in Clien,

yaitu nasabah yang datang sendiri ke kantor untuk mengajukan pembiayaan atas barang/jasa. Biasanya dari seluruh nasabah yang datang sendiri hanya 10% yang lolos pencairan/di acc. Karena tidak semua yang datang masuk dalam kriteria pembiyaan, faktornya bisa banyak. Salah satunya data yang mereka sampaikan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan setelah dilakukan survei.  Ada masalah dengan pembiayaannya, pernah bermasalah dengan lembaga keuangan lainnya, dan banyak faktor lainnya.

2. Leads,

yaitu nasabah pembiayaan yang didapat dari pencarian account officer/marketing lembaga keuangan tersebut. Jemput bola/turun ke lapangan. Biasanya dari keseluruhan nasabah yang didapat hanya 50% yang lolos pencairan. Karena tidak semua nasabah yang didapat masuk dalam kriteria pembiayaan. Hal ini sangat bergantung pada bagus atau tidaknya insting dari marketer pembiayaan dalam menemukan calon nasabah yang baik dan kualified. Bisa jadi si marketer itu hanya mengejar target, sehingga dia asal saja mencari nasabah pembiayaan tanpa mau mensurvei dan menyeleksi dengan seksama sebelum diajukan ke bagian acc pembiayaan.

3. Reveral,

yaitu nasabah yang didapat dari reverensi nasabah yang sudah mempunyai reputasi pembiayaan yang bagus. Biasanya dari keseluruhan reverensi itu 80% bisa lolos pencairan. Mengapa bisa begitu? Karena ketika nasabah itu mereverensikan orang lain, dia sudah memastikan orang lain tersebut baik dan tidak akan mempermalukan dirinya. Karena secara otomatis jika nasabah yang direverensikan berbuat nakal, nama baiknya juga akan jatuh. Padahal dia sendiri juga mempunyai kepentingan di lembaga keuangan tersebut.

Jadi, apa hubungannya dengan jodoh. ^_^

Saya mendapatkan ada sebuah ilmu yang hampir sama, dengan ketika kita mencari jodoh.

Terkadang cara mendapatkan jodoh hampir mirip dengan mendapatkan nasabah…
yang Pertama dengan cara Walk in Partner, dimana calon pasangan kita datang sendiri kerumah kita untuk menyampaikan maksudnya yaitu meminang kita. Wow, pasti bahagia sekali yach…dan pastinya kita akan kaget sejadi-jadinya. Seperti ada durian runtuh. Ada pangeran antah berantah yang tiba tiba datang kerumah kita untuk melamar. ^_^ Eits, tunggu dulu. Seperti analisis yang sudah saya urai diatas, hanya 10 % yang baik. Well, kita tidak tau alasan kenapa dia tiba-tiba melamar kita. Bisa jadi niatnya baik, bisa jadi ada udang dibalik batu. Tetap saja kita harus mempelajari dulu detail semua data dengan dia. Mensurvei apakah dia layak atau tidak, apakah cocok atau tidak, apakah dia manusia normal atau jangan-jangan dia itu sejenis alien hahahaha. Khusnudzon tetap, dan hati-hati jauh lebih penting.

yang Kedua dengan cara Leads, dimana calon pasangan ini kita cari sendiri. Jemput bola atau turun ke lapangan. Kebanyakan kita mungkin lebih nyaman dengan ini. Mencari, memilih dan bertanggung jawab sendiri atas pilihan kita tentunya. Tapi, kemungkinan kita menemukan yang baik hanya 50%. Mengapa, karena seperti pepatah kuno. Cinta sanggup membutakan mata. Kotoran kucing saja bisa berubah seperti cokelat. Bisa jadi, karena kita mencari sendiri, kita akan terbawa emosi. Terhanyut dulu dalam perasaan cinta kita. Sampai terkadang kita tak mau mendengar pendapat  orang lain. Jika ada kejelekan yang disampaikan orang lain tentang pasangan kita, bisa jadi kita langsung marah dan tidak terima. Penilaian kita menjadi tidak objektif, cenderung subjektif. So, boleh lah kita memilih untuk kenyamanan. Tetapi gunakan insting dan feeling yang baik. Supaya kita tidak salah memilih.

yang Ketiga dengan cara Reveral, dimana calon pasangan kita adalah hasil dari reverensi orang yang menurut kita bisa dipercaya tingkat validitasnya. Misal kita punya orang tua yang baik secara agama dan sosial, punya guru yang kita pandang bisa untuk digugu, atau relasi yang secara agama, pendidikan, sosial baik. Maka ketika mereka menyarankan jodoh atau calon pasangan untuk kita, bisa jadi itu juga jodoh yang baik. Seperti analisis diatas, tingkat validitasnya bisa mencapai 80%. Orangtua, Guru dan Sahabat yang baik, pasti tidak akan pernah mau menjerumuskan kita. Dan mereka juga tidak akan menjatuhkan nama baik mereka sendiri. Seandainya pun jodoh kita melalui jalan ini, maka pastikan semua baik.

Okey, ini hanya sebuah tulisan dan uraian iseng saya ditengah hujan deras seusai tiga hari training on job. Bisa jadi salah bisa jadi benar. Yang jelas, pernikahan itu sakral, tujuannya adalah baik untuk beribadah. Maka, carilah pasangan yang baik lewat jalur yang baik maka hasilnya pun akan baik. Ketiga jalur diatas semua baik, hanya saja kita tetap harus berhati-hati. Analisa datanya, survei, pastikan detailnya baik untuk kemudian kita mengambil sebuah keputusan. Pernikahan adalah sebuah masa depan. Jangan diabaikan, jangan disia-siakan, tapi juga jangan sembarangan.

Selamat Sore, Selamat menikmati Hujan ^_^
Get Happiness in your life…

Life is Happiness

Bahagia tak harus menunggu sukses

Sukses tak menjamin orang menjadi bahagia

Tetapi, Bahagia mampu membuat orang lebih dekat dengan sukses.

il_fullxfull.367230783_21gw

Bahwa kebahagiaan dan kesuksesan adalah dua hal yang berbeda tetapi sangat berpengaruh satu dengan yang lain.

Bahagia adalah bagaimana kita mampu menerjemahkan rasa bersyukur kita pada kehidupan.

Sebanyak apapun ujiannya, serumit apapun masalahnya, segagal apapun usaha yang kita jalani…

Tetplah bersyukur dengan nikmat kehidupan yang ada, selalu ada kehidupan yang jauh lebih tidak beruntung dari kita.

Dan ketika kita mampu untuk bersyukur, maka kita akan lebih mudah untuk bahagia.

Saat diri kita sedang berada dalam kondisi yang bahagia, saat itulah kita akan lebih mudh untuk yakin.

Keyakinan inilah yang mampu membuat sebuah kekuatan dalam diri kita yang akan mengantarkan pada mimpi, cit-cita dan hasil akhir.

Dan itulah kesuksesan yang sebenarnya,

Kesuksesan yang selalu membuat kita menghargai setiap proses kehidupan, kesuksesan yang membahagiakan.

Ingat, terkadang sawah tetangga nampak lebih hijau. Padahal sawah kita sudah mulai menguning dan hampir panen. ^_^

Jadi bahagia itu ada dalam diri, pikiran dan jiwa kita.

Semua Orang Punya Hak untuk Bahagia. Karena Bahagia itu Milik Kita.

It’s your life

It’s your choice

It’s a happiness in your success life

“Life is full of surprises and full miracle.”